Di dunia kegiatan Penegak dan Pandega tidak lepas dengan nuansa yang disebut adat istiadat atau tradisi Ambalan/ Racana. Untuk itu diperlukan kelengkapan kegiatan yang menjadi tradisi kehidupan di setiap Ambalan/ Racana, salah satunya diwujudkan dalam bentuk benda yang diberi nama Pusaka. Pusaka Ambalan/ Racana bukanlah benda magis yang seolah olah mempunyai kekuatan tertentu sehingga harus diistimewakan atau di perilakukan khusus.
Pusaka ambalan/ Racana adalah berupa benda penuh arti dan makna yang merupakan bagian dari lambang kehormatan Ambalan/ Racana. Pusaka Ambalan/ Racana digunakan dalam rangkaian kegiatan adat, misalnya mengawali musyawarah atau upacara adat di ambalan/ Racana.
Adapun tujuan kelengkapan Pusaka ambalan/ Racana adalah untuk memberi dorongan, semangat dan kebanggaan kepada Para penegak dan Pandega agar berkembang daya cipta dan daya kreatifitas dalam melaksanakan kegiatan serta mewarisi budaya dan meneruskan jiwa semangat kepahlawanan. Pusaka Ambalan/ Racana diharapkan juga dapat melatih dan meningkatkan disiplin, giat belajar, berlatih, bekerja dan berbakti yang dari pribadinya dalam mencapai cita-cita dan dapat mencerminkan kehidupan dalam bermasyarakat yang berbudaya dan maju.
Dengan demikian Pusaka Ambalan/ Racana adalah suatu lambang yang diwujudkan dalam bentuk benda, dapat berupa senjata/ pusaka kebanggaan yang bermakna positif, dipilih melalui musyawarah dan memiliki arti kiasan/ filosofi.
Tata cara penggunaan Pusaka Ambalan/ Racana disesuaikan dengan keinginan dan adat istiadat serta diatur oleh Ambalan/ Racana sendiri.
Jenis Pusaka ambalan dapat dipilih berupa : tombak, selendang, keris, panah, senjata pelindung, kapak, blangkon, bambu runcing atau lainnya yang memiliki latar belakang yang bernilai positif.
Misalnya dipilih, Senjata ‘Cakra’ sebuah senjata jenis panah yang diambil dari dunia pewayangan. Senjata ini dianggap senjata yang paling ampuh dan selalu tepat sasaran. Pusaka Cakra ini akan terus melesat dengan cepat dan tidak akan berhenti sebelum tujuan atau sasaran tercapai. Hal ini dapat mencerminkan bahwa Ambalan/ Racana tersebut memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia, selalu bersemangat dalam mencapai tujuannnya.
Penggunaan Pusaka Adat Pada Dewan Kerja
Penggunaan Pusaka sebagai adat dan tradisi tidak terbatas di lingkungan ambalan dan racana di gugus depan saja, bahkan Dewan Kerja baik di tingkat nasional, Daerah dan Cabang juga memiliki Pusaka dan Adat yang mewarnai kegiatan di wilayah kerjanya.
Misalnya, Dewan Kerja Nasional (DKN) menggunakan senjata Kapak sebagai Pusakanya dan nama ambalannya diberi nama “Bhineka Tunggal Ika”.
Kemudian di Jawa Tengah, Dewan Kerja (DKD) Jateng menggunakan pusaka berupa Keris sesuai dengan nama senjata tradisional di Jawa Tengah. Keris juga menjadi lambang kebesaran banyak kerajaan di Nusantara serta menjadikan keris sebagai lambang kedaulatannya. Dewan Kerja Penegak dan Pandega (DKD) Jawa Tengah untuk Ambalan dan sandinya diberi nama “ Cakra Adi Birawa”.
Pada setiap mengawali kegiatan Penegak dan Pandega di Jawa Tengah dilaksanakan Upacara Adat dengan mengeluarkan pusaka Keris dari tempat penyimpanannya sebagai tanda dimulainya kegiatan yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Sandi Cakra Adi Birawa. Pada saat pembacaan sandi ini, para peserta upacara yang terdiri anggota Penegak dan Pandega mengambil sikap sempurna dengan siku tangan kanan ditekuk menyilang ke bahu kiri, telapak tangan terbuka dengan jari tangan merapat.
Untuk Pembina upacara maupun para tamu undangan serta anggota dewasa lainnya cukup mengikuti dan menyaksikan jalannya prosesi tersebut, hal ini sesuai sistem pembinaan di gerakan pramuka yakni menggunakan Sistem Among, Tut Wuri Handayani bagi anggota Pramuka Penegak dan Pandega.
Catatan : Tidak diperkenankan menggunakan pusaka Ambalan/ Racana menjadikan kegiatan ritual atau perilaku ritual lainnya yang bertentangan dengan agama, keyakinan dan bertentangan dengan budaya setempat.
Assalamualaikum kak
Salam Pramuka,
Izin bertanya terkait upacara pensucian pusaka ambalan kak,nah apa si manfaat dan tujuan dari pensucian tersebut, mohon bntuannya kak butuh banget ilmunya
Adat Tradisi yang dibangun pada golongan pramuka penegak tak lepas dari arti kiasan (filososi edukatif), terkait pensucian Pusaka ambalan boleh diberikan kiasan misalnya bahwa dalam kehidupan perlu senatiasa melakukan pembersihan diri dari kotoran/ dosa/ perilaku buruk yang masih melekat. hanya yang perlu dihindari menganggap itu sebagai sesuatu hal yang sakral/ magis.
Ambalan boleh2 saja mengadakan acara sbg tradisi ambalan dalam rangka perawatan pusaka ambalan, namun dengan tujuan memberikan nilai budaya pendidikan yang positif, mis. memberikan kiasan bahwa setiap barang, kekayaan maupun intelektual yang dimiliki senantiasa dirawat dengan sebaik baiknya.